Konawe selatan memiliki wilayah pesisir yang cukup panjang, di mulai dari perbatasan kabupaten bombana, sampai perbatasan kota kendari. wilayah pesisir ini sebahagian besar ditumbuhi oleh hutan bakau dari berbagai jenis, sebahagian lagi berupa pasir pantai yang seringkali menjadi tujuan kunjungan wisata bagi masyarakat Konawe Selatan dan kota-kota lain yang berdekatan. Pada tahun 80-an s.d 2000-an, kawasan mangrove di pesisir konawe selatan masih merupakan andalan bagi Dinas kehutanan provinsi Sulawesi Tenggara , dan masyarakat yang tinggal di pesisir pantai Konawe Selatan. Dengan kondisi mangrove yang ada saat itu, para nelayan dengan mudahnya mereka mencari ikan, udang dan kepiting untuk mereka Jual di pasar-pasar tradisional, bahkan di pasar kota kendari dengan harga yang telah mulai meningkat.
Sayangnya kondisi ini tidaklah bertahan lama sehingga Nelayan pesisir tidak dapat lagi memperoleh ikan , udang dan kepiting seperti dahulu. saat ini para Nelayan tidak lagi dengan mudahnya mereka memperoleh ikan, udang dan kepiting akibat kerusakan hutan mangrove dipesisir konawe selatan.
Kerusakan hutan mangrove, di mulai dengan masuknya PT.Rimba Raya untuk mengolah kayu dari hutan mangrove yang akan di ekspor keluar negeri, di tambah lagi setelah proses penebangan kayu, di kawasan hutan, maka masuklah para petambak Udang merubah kawasan hutan menjadi tambak-tambak ikan dan udang. hutan mangrove ditebang dan dimatikan untuk memuluskan pembukaan lahan-lahan tambak, sampai sekarang ini.
Kerusakan kawasan hutan akibat pengrusakan ini telah menimbulkan minimnya hasil-hasil perikanan tangkap di pesisir pantai mangrove seperti ikan, udang dan kepiting yang dapat dimanfaatkan oleh masyaarakat sekitar konawe selatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar